Cerita Pendek "Terjebak Gap Year" | Catatan Nadia


"Astaga, gagal lagi gue." Alicia melempar ponsel yang berada ditangannya ke kasur.


"Mohon maaf peserta dengan nama Alicia Saindra Atmajaya dinyatakan tidak lolos seleksi SBMPTN tahun 2022. Jangan menyerah dan tetap semangat." Alicia mengulangi kalimat yang baru dia baca dengan menatap nanar kearah kalender yang berada di dinding kamarnya. 


Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke kasur yang bergambar salah-satu klub sepak bola. Mata menerawang melihat langit-langit kamar. Semua harapan dan harapan setelah membaca pengumuman itu. 


"Waktu Tuhan spoiler cerita hidup yang akan dijalani di dunia, gue merhatiin gak sih? sampai iya-iya aja hidup ke dunia. Kisahnya kayak tai anjing gini." Alicia menarik nafas panjang mengingat semua kehidupan yang telah dia lalui. 


"Gue harus bilang apa sama mereka?" batin gadis itu. 


Alicia Saindra Atmajaya seorang perempuan yang hidup dalam keluarga yang tak utuh. Ayah dan Ibunya bercerai saat Alicia berumur lima tahun. Sejak perpisahan itu Alicia ikut dengan ibunya ke Kota Bandung. Kota dimana ibu dilahirkan, sedangkan ayahnya berada di Surabaya tempat Alicia dilahirkan. 


Bahkan dia tidak pernah berbicara dengan Ayahnya sampai umur gadis itu sepuluh tahun. Saat ulang tahunnya yang ke sepuluh, Ayah datang ke Bandung untuk menjemput Alicia. 


Andrion Bagas Atmajaya dan Nayra Seandra Nugroho adalah dua manusia paling aneh yang ada di dunia ini. Melakukan pernikahan bukan dengan dasar cinta melainkan karena terpaksa mengikuti perjodohan dari orang tua mereka. Dion dan Nayra menikah dengan kontrak selama orang tua mereka hidup, demi menjalankan perintah dari orang tua mereka. Ketika orang tua mereka meninggal, kontrak pernikahan selesai dan mereka akan bercerai. Dalam merawat Alicia mereka juga membuat perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. 


Perjanjian konyol orang tua itu memang seenaknya saja tanpa memedulikan pendapat gadis kecil seperti Alicia. Ibu dan Ayahnya membuat kesepakatan dalam merawat Alicia. Masing-masing dari mereka diberi tanggung jawab merawat Alicia selama lima tahun.


Jika sudah lima tahun bersama Ibunya, Alicia harus pindah ke rumah Ayahnya. Jika sudah lima tahun bersama Ayah, Alicia harus pindah lagi untuk tinggal bersama Ibunya. Begitu seterusnya, entah sampai kapan Alicia akan hidup nomanden tanpa ada kepastian tinggal di satu rumah. 


Sampai kelas tiga sekolah dasar Alicia tinggal bersama ibunya di Bandung. Tepat dihari ulang tahunnya yang ke sepuluh, Alicia dibawa ke Surabaya oleh ayahnya. Apakah hari ulang tahun menjadi hari yang menyenangkan baginya? Nyatanya tidak, dia kehilangan tempat dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.


Tidak mudah bagi Alicia menjalani kehidupan bersama ibu tiri dan saudara tirinya di Surabaya. Dua minggu setelah bercerai dengan Nayra, Dion langsung menikahi perempuan yang dia cintai. Perempuan yang menjadi cinta pertamanya di masa remaja. 


Aluna namanya, perempuan cantik nan selalu berpakaian modis dan mengikuti zaman. Dia sudah memiliki anak dari mantan suaminya. Mereka bercerai satu bulan sebelum perceraian Nayra dan Dion. Umur anak Aluna sama dengan Alicia. Namun selama Alicia tinggal bersama Dion, dia tidak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ibu. 


Anak tiri tidak akan pernah menjadi anak kandung. Sesalah apapun anak kandung, sang ibu pasti akan selalu membela anaknya. Alicia tidak pernah mendapatkan keadilan di rumah itu. Walaupun bukan Alicia yang salah, tetapi tetap saja dia yang dihukum dan dia yang harus mempertanggungjawabkan hal-hal yang tidak dia lakukan. Apa boleh buat, selain menuruti semua perintah ibu tirinya. Selama di Surabaya yang Alicia dapat hanya bentakan dan makian dari Aluna. Namun, Alicia juga tidak bisa meminta untuk tetap tinggal dengan ibunya di Bandung. 


Setelah lima tahun tinggal di Surabaya, Alicia pindah kembali ke Bandung. Melanjutkan study-nya yang saat itu berada di kelas delapan. Kembali berusaha untuk bersosial dan mencari teman. Mengejar segala ketertinggalan pelajaran dari teman sekelasnya. Susah sekali mencari teman saat baru pindah karena hampir semua siswa sudah punya circle atau geng masing-masing.


Saat masa sekolah Alicia hidup dalam kondisi mental yang tidak baik-baik saja. Itu yang membuat dia menjadi pribadi yang pendiam, tertutup dan sulit percaya kepada orang lain. Dia tidak punya definisi rumah untuk pulang, dia tidak tau kemana harus mengadu. Semua sudut yang dia punya hancur, dia tumbuh menjadi gadis yang sangat asing dengan lingkungannya sendiri. Hari-harinya hanya dihabiskan dengan membaca novel, dia jarang sekali berbicara dengan orang yang ada di lingkungannya. 


Dikeluarga Ayah, Alicia hanya sebagai figuran yang tidak dianggap. Jika bersama Ibunya, Alicia akan tinggal dalam kesunyian karena sikap Nayra yang gila dengan pekerjaannya. Jam tujuh pagi Nayra sudah pergi bekerja dan akan pulang larut malam ketika Alicia sudah tertidur. Dia tidak pernah berbicara layaknya ibu dan anak dengan Nayra. 


Perundungan dan bullying juga sering dirasakan gadis itu dimasa-masa sekolah dasar. Dia yang berstatus murid pindahan sangat sulit untuk beradaptasi. Tidak ada yang mau menjadi temannya selama sekolah. Dia diasingkan dan dianggap sebagai orang baru yang tidak bisa diterima di lingkungan baru. 


Alicia adalah gadis kecil yang selalu sendirian. Tumbuh dalam keheningan dan berteman dengan kesunyian. Tidak ada tempat mengadu dan bercerita tentang dunia yang sering membuatnya berantakan. 


Alicia menarik nafas panjang, tanpa sadar bulir air mata lolos dari mata beriris cokelat miliknya. Alicia capek, sangat capek sekali. Masih teringat jelas saat dia membuka pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang merupakan jalur prestasi pada bulan Maret lalu. Dimana dia harus gagal masuk ke universitas yang dia inginkan. 


Luka itu belum sembuh namun lagi-lagi dia harus menerima kenyataan jika dia gagal diseleksi tes ujian yang bernama SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang dia ikuti tanggal 20 Mei kemaren.  Musnah sudah harapannya untuk pergi dari kota ini


Handphone gadis itu berbunyi, Alicia bangkit dari tidurnya dan menjawab telfon dari kontak yang bernama Ayah.


"Hasilnya gimana?" tanya seorang diseberang telfon. Tidak ada kalimat pembuka atau sekedar basa-basi dari Dion. 


"Gagal,"


"Kamu itu gimana sih, gak berguna banget jadi anak. Masa udah sekolah di tempat bagus, tapi tetap gagal masuk jurusan kedokteran. Apa jangan-jangan kamu gak pernah belajar selama di Bandung? Ibu kamu itu benar-benar keterlaluan, pasti dia tidak menyuruh kamu belajar. Makanya kalau punya otak itu digunain jangan dijadikan pajangan aja, masa ujian gitu aja gagal. Dasar anak gak berguna kamu."


Alicia hanya diam mendengarkan semua ocehan dari Ayahnya. Padahal di sini Alicia belajar mati-matian sampai jam tiga shubuh setiap harinya. Namun, tidak ada keinginan untuk membela diri atau sekedar menjelaskan apa yang  sudah gadis itu lewati. Masuk jurusan kedokteran di universitas negeri top 1 di Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Ada puluhan ribu orang yang mengejar jurusan itu. 


"Contoh saudara tiri kamu, dia rajin belajar. Beda sama kamu yang main aja kerjaannya. Percuma aja juara kelas, ikut olimpiade, tapi gagal terus saat tes masuk universitas negeri. Dasar anak gak berguna, mati aja kamu!"


Tuuutt..panggilan diputus sepihak. 


Alicia tersenyum getir, dia tidak bisa berkata apa-apa, rasanya sudah mati. Dia sudah tidak punya tenaga untuk menjawab ucapan Ayahnya. Dia juga sama sekali tidak punya keinginan untuk membela diri. Alicia jarang sekali berbicara dengan Ayahnya. Jikapun mereka tinggal serumah, mereka hanya berbicara sepatah dua kata tentang sekolah Alicia dan Alicia hanya akan mengangguk sebagai jawaban.


"Halah, udah biasa juga dimaki-maki gini, gak usah kaget dong." Ucap Alicia kepada dirinya sendiri.


"Gue penting gak sih di dunia ini? bahkan kalau gue mati pun gak akan ada yang merasa kehilangan."


Apa benar Alicia tidak pantas untuk bahagia? Sejak Oma meninggal, Alicia tidak pernah merasakan kebahagiaan dan perhatian dari orang tuanya. Dia hancur dari segala aspek. Keluarga hancur, pendidikan hancur dan gadis itu tidak punya teman dekat satu orang pun untuk berbagi keluh kesah atas apa yang dia rasakan selama ini.


Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Dia sudah sangat lelah menghadapi semua masalah yang tiada henti datang menerpanya. Kenapa dia harus lahir ke dunia ini jika hanya untuk mendapatkan luka. Setiap hari selalu ada kata yang membuatnya terluka, selalu ada kejadian yang membuat hatinya sakit. 


Tiba-tiba pintu kamar Alicia dibuka, menampilkan seorang perempuan cantik dengan pakaian kerjanya. Perempuan itu menatap Alicia dengan tatapan datar. 


"Saya sudah dengar dari Ayah kamu. Kami sudah mengambil keputusan, kamu tidak boleh keluar kamar ini selama setahun. Belajar dan hanya belajar yang boleh kamu lakukan, tahun depan kamu ikut kembali tes masuk perguruan tinggi dan saya gak mau tau gimana caranya, kamu harus lulus dijurusan kedokteran. Kamu gap year aja tahun ini, persiapkan diri kamu sebaik mungkin."


Gap year adalah jeda waktu antara lulus dari sekolah menengah atas atau SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Pengambilan cuti atau jeda waktu ini biasanya dilakukan pelajar untuk menyiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi pada tahun berikutnya, selama setahun mereka tidak mengikuti pendidikan formal. Namun, beberapa orang memilih untuk gap year untuk bekerja ataupun berdasarkan alasan-alasan tertentu.


Alicia hanya diam menunggu kelanjutan ucapan dari ibunya yang selalu berbicara dengan bahasa formal bukan seperti ibu dan anak pada umumnya. Percuma juga membantah ataupun menyampaikan pendapat karena tidak akan didengar apalagi dipertimbangkan. Keputusan yang dibuat oleh orang tua Alicia sudah final, tidak bisa diganggu gugat. 


"Sore ini saya pindah ke Bali, saya ada projek yang akan dikerjakan selama enam bulan di sana. Nanti sore asisten saya akan mengantarkan semua keperluan buku untuk kamu belajar. Sekali sebulan dia juga akan mengantarkan stok makanan dan segala keperluan kamu. Ingat, kamu tidak boleh keluar dari kamar ini dan harus belajar. Kalau kamu melanggar, kamu tau sendiri akibatnya." Nayra berlalu setelah mengatakan semua peraturan yang dia buat bersama mantan suaminya. 


Tidak ada pelukan hangat dari seorang Ibu walaupun Nayra melihat kondisi putrinya jauh dari kata baik. Nayra terlalu gengsi untuk berbasa-basi dengan putrinya. Bagi Nayra pekerjaan jauh lebih penting dari pada pembicaraan yang tidak menghasilkan uang. 


"Kalau bukan karena wasiat Oma dan Opa pasti kalian gak akan peduli dengan masa depan aku." Alicia berucap getir. 


Dia berjalan kearah jendela kamar melihat Nayra yang menenteng koper ke dalam bagasi mobil. Alicia hanya menarik nafas panjang, memikirkan nasib dan apa yang harus dia lakukan untuk terus bertahan hidup di kota ini. Ibunya pergi, Ayah juga tidak peduli, sekarang apalagi yang harus menjadi alasannya untuk bertahan.


"365 hari berteman dengan kesepian dan berada di ruangan ini, apa gue bisa melakukannya?" Alicia bertanya sendu pada dirinya sendiri. 


Tak berselang lama ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya, Alicia bangkit dari kasur, segera membukakan pintu. Ternyata sekertaris ibunya yang datang bersama seorang tukang. 


"Hallo Alicia, Tante disuruh Ibu kamu untuk masang teralis di jendela kamar kamu dan menambah pintu besi di sini." Jelas Haura sekertaris Nayra yang telah bekerja dengan Ibu Alicia selama sepuluh tahun terakhir. 


"Sampai sebegitunya yaa Tante?" Alicia tersenyum tipis, tukang yang dibawa Haura mulai melakukan tugasnya sesuai dengan intruksi sang klien. 


"Ini perintah Ibu kamu, Tante gak berani melawan. Tiap awal bulan Tante bakalan mengunjungi kamu kok dan tiap pagi pembantu rumah Tante akan nganterin 3 porsi makanan untuk kamu."


"Makanan yang diantar pagi buat makan sampai malam Tante? lebih enak jadi tahanan polisi dibanding tahanan orang tua." Alicia tersenyum sinis, tapi Haura mengabaikannya. Dia benar-benar tidak bisa membantu banyak, pekerjaan dan kariernya akan terancam jika tidak mematuhi perintah Nayra.


"Alicia tolong jalani saja 365 hari ini dengan sebaik mungkin. Jangan bikin masalah, ikuti aja semua perintah orang tua kamu. Kalau kamu macam-macam pekerjaan Tante juga dalam ancaman, Tante bisa dipecat sama Ibu bos. Kamu tinggal belajar, makanan disiapkan, apa juga sulitnya? Ini hukuman untuk kamu karena gak pernah bisa banggain orang tua kamu." Haura mengajak Alicia bernegosiasi agar Alicia tidak membuat pekerjaannya semakin sulit. 


"Aku gak pernah banggain orang tua dan orang tua aku juga gak pernah bisa aku banggain, impas bukan?" ucap Alicia semakin sinis. 


"Udahlah Alicia, gak usah dramatis. Banyak anak diluaran sana yang gak dapat kasih sayang orang tua, tapi mereka tetap juara dan berprestasi. Oo iya satu lagi, kamu gak boleh menggunakan handphone, Tante bakalan simpan handphone kamu selama satu tahun. Kamu harus fokus belajar biar masuk jurusan kedokteran. Tiap awal bulan Tante bakalan periksa buku dan latihan soal yang tante kasih, kalau ada yang gak selesai, siap-siap aja kamu dapat hukuman dan dikurangi jatah makannya."


Alicia mengabaikan ucapan Haura, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, "Terserah Tante, aku udah capek. Aku mau istirahat sebentar aja. Tante tarok aja semua buku yang harus aku pelajari di atas meja belajar." Ucap Alicia dari balik selimutnya. 


Tukang yang dibawa Haura menatap Alicia iba, sendari tadi dia berusaha menahan diri untuk tidak ikut campur dan membela gadis malang itu. Dia baru tau jika teralis dan pintu besi yang dipesan oleh Haura untuk menahan perempuan lemah seperti Alicia, tapi apa boleh buat dia sudah mendapat bayaran, tidak mungkin dia tidak menyelesaikan pekerjaan.


Apa yang akan dirasakan oleh gadis itu saat terus-terusan berada di dalam kamar. Dia hanya bisa melihat dunia luar lewat jendela yang dipasangkan teralis. Pemandangan lain yang bisa dilihat hanya kamar mandi yang berada di dalam kamar, lalu tumpukan buku yang membosankan tanpa ada handphone ataupun televisi. 


Alicia berusaha menahan tangis dari dalam selimut. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar suara isakannya tidak terdengar oleh Haura. Perlahan tanpa pasti, Alicia tertidur pulas, dia sama sekali tidak terganggu dengan kegiatan tukang yang memasang pintu besi di kamarnya. Alicia sangat lelah memikirkan tentang hidupnya yang semakin jauh dari segala harapan dan rencana yang dia susun.


Alicia terbangun saat suara besi bergesekan berbunyi memekakan telinga, ternyata asal suaranya dari depan pintu kamarnya. Dia melihat sekitaran, teralis dan pintu besi itu sudah selesai dipasang oleh tukang yang dibawa Haura. 


Alicia melihat jam beker yang berada di atas meja belajar, jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Tumpukan buku dan beberapa kardus berada disekitaran meja belajarnya. 


"Pagi Nona, ini untuk makanan hari ini dan ini air galon untuk minum satu minggu." Pembantu keluarga Haura meletakan tiga box makanan di lantai.


"Atas perintah Ibu Haura, pakaian Nona cuci sendiri dan dijemur di dalam kamar mandi. Tukang sudah memasang jemuran besi di dalam kamar mandi Nona, saya permisi dulu." Perempuan itu langsung pergi dan mengunci pintu kamar lagi. 


Alicia menarik nafas panjang, mengambil spidol yang ada di atas meja belajar dan melingkari kalender. Tepat tanggal 27 Juli 2022 semua hukuman ini dimulai, Alicia tidak akan pernah menghirup udara luar. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, tapi yang bisa dia lakukan hanya berpasrah dan mengikuti semua perintah orang tuanya. 


Alicia bangkit dari tidurnya, mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Kehidupan sebagai tahanan akan dia jalani mulai hari ini. Kondisi kamarnya juga semakin sumpek dan sempit karena banyaknya kardus dan barang baru untuk keperluannya satu bulan ke depan.


"Siapa sih yang bakalan kuat dikunci di kamar selama setahun?"


Gadis itu menangis, rasanya semakin sakit. Tidak ada lagi hal positif yang bisa dia katakan pada dirinya sendiri. Sudah tidak ada lagi kata penyemangat agar dirinya kuat menjalani hari-hari. Apa yang bisa Alicia katakan pada dirinya sekarang, kondisinya lebih buruk dari seorang tahanan yang masih bisa keluar penjara untuk mengikuti kegiatan yang diadakan penjaga lapas untuk para narapidana. 


Empat puluh hari telah berlalu setelah hukuman dimulai, tetapi yang dilakukan Alicia hanya menangis saat belajar. Dia sangat stress karena harus berhadapan dengan ribuan soal dan tumpukan buku yang harus dipelajari. Tidak ada hiburan, tidak ada hari tanpa belajar, untuk menghibur diri yang bisa dilakukan Alicia hanya tidur. Dia tidak punya handphone atau permainan lain. 


Selama itu juga Alicia tidak pernah berbicara dengan orang lain, dia hanya diam saat pembantu keluarga Haura mengantarkan makanan ataupun mengambil sampah dari dalam kamarnya. Apalagi yang harus dia lakukan sekarang, bahkan dia mati pun tidak akan ada yang tau sampai pembantu Haura datang besok paginya.


Alicia memegang kepalanya yang sangat sakit, "Agrrh, ini kenapa sakit banget." Alicia menutup bukunya. Dia merebahkan tubuhnya yang semakin kurus di atas kasur.


"Sakit banget, tolong gue. Siapa pun yang dengar tolong gue." Alicia berteriak sambil memegang kepalanya yang semakin sakit. Alicia tau tidak akan ada yang mendengar suaranya, kamar Alicia berada di bagian belakang. Sekuat apapun dia berteriak itu percuma, kecuali jika ada orang yang mendatangi rumahnya. Namun, tidak mungkin ada yang bertamu. Orang-orang mengetahui rumah ini kosong dan Alicia ikut pindah ke Bali bersama Nayra. 


Alicia mengambil kardus yang berada di dekat pintu. Mengeluarkan segala isinya untuk mencari obat, "Ayo dong, semoga aja ada obat di sini. Kepala gue sakit banget."


Namun sayang sekali, Haura tidak menyediakan obat-obatan untuk Alicia karena Haura mengira Alicia akan selalu sehat, Alicia tidak punya riwayat penyakit keras yang perlu stok obat. 


"Gue tidur aja deh buat ngurangin rasa sakitnya, kenapa gue jadi tiba-tiba meriang dan kedinginan gini yaa?" Alicia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. 


Betapa terkejutnya Alicia saat hidungnya mengeluarkan darah, Alicia buru-buru mengambil tisu untuk mengelap hidungnya. Tubuhnya terasa sangat sakit dan dia mengigil karena kedinginan. 


Alicia melirik jam beker yang masih menunjukan jam 11 siang. Masih begitu lama pagi datang menyapanya. Alicia sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Gadis itu hanya bisa menangis karena rasa sakit dikepalanya semakin menjadi-jadi.


"Gue takut kalau nanti Tuhan bawa gue pergi dari sini," ucap Alicia sedih. 


Malam yang panjang dilewati Alicia dengan menahan rasa sakit. Semalam Alicia tidak bisa tidur karena mengigil ditambah hidungnya yang terus mengeluarkan darah. 


Saat pintu kamarnya terbuka, Alicia buru-buru bangun dan duduk di atas kasur. "Bu, saya sakit apa bisa hubungi Tante Haura untuk bawa saya ke rumah sakit?" tanya Alicia kepada Ani, pembantu di rumah Haura. 


Ani memerhatikan wajah Alicia yang sedikit pucat dan sampah tisu yang ada di dekat kasurnya. Perempuan tua itu mengeluarkan handphonenya dan memberikan kepada Alicia saat panggilan telfon sudah terhubung kepada Haura. 


"Kenapa Bi?" tanya Haura dari seberang telfon. 


"Tante ini Alicia, Cia sakit Tante. Bisa bawa Cia ke rumah sakit gak?"


"Aduh, jangan manja gitu dong Cia. Kamu pasti cuma alasan aja kan, pasti kamu cuma pengen keluar rumah. Kalau sakit minta tolong Bibi aja beliin obat warung."


Ani mengambil handphone dari tangan Alicia "Buk, Nona ini beneran sakit. Wajahnya sangat pucat dan dia juga mimisan Bu,'' Ani menjelaskan kondisi Alicia yang sangat memprihatinkan.


"Aduh Bi, dia paling cuma alasan aja biar gak perlu belajar. Saya sibuk, saya gak ada waktu ngurus drama anak itu dan saya tekankan sama Bibi, jangan berani keluarin itu anak dari dalam kamar kalau Bibi masih mau kerja sama saya."


"Tapi Bu,''


"Udah gak ada bantahan, bilang sama Alicia kalau dia harus tetap belajar dan mengerjakan semua tugas yang saya berikan. Sakit gak jadi penghalang buat belajar," Haura mematikan telfon sepihak. 


Alicia membuang nafas kasar, kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menarik selimut untuk mengurangi rasa dingin yang menjalar ditubuhnya. 


"Saya gak apa-apa kok Bi. Terima kasih bantuannya, Bibi pulang aja. Pasti kerjaan Bibi juga banyak." Ucap Alicia lagi. 


"Baik kalau begitu, saya permisi Nona, ini makanan jangan lupa dihabiskan." Bibi keluar dari kamar Alicia dan mengunci pintu. 


Lagi-lagi yang bisa dilakukan gadis malang itu hanya menangis, bahkan disituasi sekarat pun yang dipedulikan oleh Haura hanya belajar dan belajar. 


Alicia memaksakan dirinya untuk tetap menjawab soal yang diberikan Haura, empat hari lagi Haura akan datang memeriksa dan memberikan buku baru untuk Alicia belajar. Dia harus menyelesaikan semua tugas dari Haura, jika tidak pasti akan ada hukuman yang akan dia dapatkan. 


Alicia berusaha membuka matanya untuk membaca soal yang ada dibuku. Alicia belajar dengan posisi tiduran karena kepalanya yang semakin pusing jika dibawa duduk apalagi berdiri. Air mata tak hentinya keluar dari iris mata berwarna cokelat milik gadis itu. 


Baru dua bulan dikurung, badan Alicia terlihat sangat kurus dengan kantung mata yang menghitam dan penampilan yang acak-acakan. Wajah kusam, rambut berantakan, bibir pucat dan tidak pernah ada senyuman dari wajah cantik itu. Hanya ada kesedihan, air mata dan rasa benci terhadap dirinya sendiri. 


Alicia merobek selembar buku tulis, lalu dia menuliskan permintaan maaf dan menceritakan apa yang dia rasakan selama ini. Umur manusia tidak pernah ada yang tau dan yang diinginkan Alicia sekarang hanya bertemu Oma dan Opa di alam lain. Alicia sudah tidak takut lagi jika seandainya dia pergi dari dunia ini. Alicia tidak suka dengan kehidupannya, Alicia juga benci dengan segala hal yang menimpanya. 


"Mari mengakhiri hal-hal jahat yang ada di dunia ini." Gadis itu masuk ke dalam kamar mandinya. Dia mengunci pintu kamar mandi dari dalam.


Alicia menghidupkan shower kamar mandi, dia duduk di lantai kamar mandi dengan air shower yang terus membasahi sekujur tubuhnya. Rasa dingin semakin menusuk tulang, tubuhnya semakin mengigil. Muka pucat semakin kentara dari wajah cantiknya.


Alicia tidak ingin bangkit dari lantai kamar mandi, dia hanya menangis di bawah air shower. Sampai kesadarannya perlahan menghilang, gadis itu pingsan di kamar mandi dengan air shower yang terus membasahi tubuhnya yang sudah biru karena dingin. 


Gadis cantik yang malang, selalu diasingkan dari lingkungan dan tidak punya siapa-siapa untuk tempat mengadu. Tidak akan ada yang menyadari jika di dalam rumah mewah itu ada seorang gadis yang tubuhnya sudah sekarat. Tetangga hanya mengetahui jika Alicia dan Nayra pindah rumah dan yang datang ke rumah Nayra setiap pagi hanyalah pembantu suruhan Nayra untuk membersihkan rumah. 


Pagi saat Bibi yang bernama Ani itu datang membawakan makanan seperti biasa, betapa terkejutnya pembantu berusia 46 tahun itu saat melihat kamar kosong. 


“Nona Alicia, Nona dimana.” Ani berteriak memanggil Alicia, tapi tidak ada jawaban. 


Mata Ani ditampilkan pada sebuah kertas yang berada di atas tempat tidur. Ani mengambil kertas itu dan perlahan membaca isinya. 


Untuk Ayah dan Ibu yang akan selalu aku sayangi sampai mati


Aku gak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia ini, tapi nyatanya Tuhan menitipkan aku kepada kalian. Aku gak pernah minta menjadi anak dari Ayah dan Ibu, tapi kenyataan membawa aku menjadi bagian dari keluarga kalian. 


Banyak hal yang gak bisa aku sampaikan langsung ke kalian, tapi hal yang harus kalian tau hanya aku mencintai kalian. Walaupun kehadiranku gak pernah dianggap penting, aku ingin sekali disayang dan dianggap sebagai anak, bukan sebagai robot suruhan. 


Ingin sekali rasanya mempunyai orang tua yang menjadi garda terdepan saat anaknya membutuhkan bantuan, ingin sekali punya orang tua yang rasa sayangnya seluas samudera hingga tak sampai hati untuk memaki dan mengurung anaknya seperti yang aku rasakan saat ini. 


Ayah, Ibu, aku capek, aku benaran lelah menghadapi semua perjalanan hidup yang jarang berpihak kepada aku. Semuanya terasa begitu sulit, semua sudut yang aku punya hancur, aku sama sekali tidak punya kekuatan untuk menjalani ujian ini. 


Aku lebay banget yaa, aku lemah banget sampai mau menyerah karena dikurung di kamar, tapi maaf aku beneran gak bisa bertahan walaupun aku sudah berusaha sekuat tenaga.


Maaf Ayah, Ibu. Maaf aku menyerah, aku juga minta maaf karena selalu gagal membahagiakan dan menerima kalian. Maaf gak pernah menjadi anak baik, pintar dan anak yang bisa mewujudkan segala ekspektasi kalian. Aku benaran minta maaf atas kesalahan yang aku lakukan. Aku sadar, kesalahan terbesar aku adalah menjadi anak kalian.


Alicia Saindra Atmajaya 



Tanpa sadar air mata Ani menetes membaca tulisan gadis itu, Ani meletakan kertas di tempat aslinya. Berusaha meneriaki nama Alicia lagi dan lagi, tetapi tidak ada suara. 


Ani mencoba membuka pintu kamar mandi, tetapi tidak bisa. "Nona, buka pintunya. Nona jawab saya," puluhan kali Ani mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. 


Ani mengambil kunci cadangan semua pintu rumah yang diberikan Haura. Saat pintu kamar mandi terbuka, betapa syoknya Ani saat melihat tubuh Alicia yang sudah membiru dengan bibir dan menampung udara di dalam kamar mandi. Ani mematikan shower yang masih menyala. 


"Nona, bangun." Ani memukul perlahan wajah Alicia, tetapi tidak ada pergerakan dari sang pemilik tubuh. 


Ani merasakan denyut nadi gadis malang itu, "Ya ampun, semuanya berakhir."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pendek "Hiruk Kesibukan" | Catatan Nadia

Puisi "Kesucian Hati" | Catatan Nadia